Selasa, 16 Maret 2010

MAKALAH EPIDEMOLOGI DAN PERAMALAN HPT VIRUS GEMINI PADA CABAI VARIASI GEJALA DAN STUDI CARA PENULARAN

1.1 Latar Belakang
Virus Gemini termasuk dalam kelompok virus tanaman dengan genom berukuran 2,6-2,8 kb yang berupa utas tunggal DNA yang melingkar dan terselubung dalam virion icosahedra kembar (geminate). Replikasi virus terjadi dalam bagian nukleus tanaman melalui pembentukan utas ganda DNA (double stranded DNA replicative form). Kelompok virus Gemini dibedakan dalam tiga subgrup, yaitu :
1. subgrup pertama memiliki genom yang monopertit, menginfeksi tanaman-tanaman monokotiledon dan ditularkan oleh vektor wereng daun (leafhopper).
2. subgrup kedua juga ditularkan oleh vektor wereng daun dan memiliki genom monopartit, tetapi menginfeksi tanaman-tanaman dikotiledon.
3. subgrup ketiga memiliki anggota yang paling banyak dan beragam dengan genom bipartite, menginfesi tanaman-tanaman dikotiledon dan ditularkan oleh serangga vektor kutu kebul (Bemicia tabaci Genn.).
Virus kelompok gemini yang memiliki vector Bemicia tabaci memiliki daerah persebaran yang luas terutama di daerah-daerah tropik dan subtropik tempat B. tabaci berkembang dengan baik. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh vius kelompok Gemini ini menjadi kendala yang penting bagi tanaman. Pada beberapa kasus, infeksi oleh virus-virus Gemini dapat sangat berat sehingga tanaman tidak dapat tumbuh, contohnya adalah African cassava mosaic geminivirus (ACMV) dan tomato yellowleaf curl geminivirus (TYLCV) di belahan dunia timur dan bean golden mosaic geminivirus (BGMV) di belahan dunia barat. Di Indonesia, penyakit krupuk pada tembakau menjadi sangat penting sejak 1984 karena serangan virus krupuk dapat menyebabkan daun-daun tembakau tidak dapat lagi digunakan sebagai pembungkus cerutu.
Akhir-akhir ini perhatian terhadap virus kelompok Gemini semakin meningkat terbukti dengan semakin banyaknya penelitian yang berfokus pada masalah ini. Sayangnya, di Indonesia baru dua penyakit yang telah terbukti disebabkan oleh virus Gemini, yaitu penyakit krupuk pada tembakau dan penyakit kuning pada babadotan (Ageratum conyzoides).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari virus Gemini pada tanaman cabai secara lebih mendalam.
2. Untuk mengetahui dan mempelajari variasi gejala yang disebabkan oleh virus Gemini.
3. Untuk mengetahui dan mempelajari cara penularan virus Gemini pada tanaman cabai.
4. Untuk mengetahui dan mempelajari metode pengendalian pada virus Gemini.





















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Virus Gemini
Tanaman cabai di Indonesia sebagian besar terserang penyakit yang disebabkan oleh virus Gemini. Sampai saat ini penyakit tersebut dikenal dengan beberapa nama antara lain penyakit kuning dan penyakit bulai. Virus Gemini merupakan golongan virus tumbuhan yang unik karena memiliki morfologi partikel yang berbeda dengan golongan virus tumbuhan lainnya. Virus Gemini merupakan kelompok virus yang memiliki asam nukleat deoksiribosa nukleat acid (DNA) dalam bentuk utas tunggal (single stranded-ssDNA).


2.2 Cara Penyebaran Virus Gemini
Virus Gemini ditularkan hanya oleh vektor yaitu vektor kutu kebul (B. tabaci). Kutu kebul pertama kali diidentifikasi pada tahun 1897 di Amerika Serikat pada tanaman kentang dengan nama asli Aleyrodes inconspicua yang merupakan hama utama pada tanaman di rumah kaca pada tanaman tomat, cabai, kedelai, dan tanaman lainnya. Virus Gemini ini sangat erat hubungnnya dengan vektor kutu kebul. Semakin tinggi populasi kutu kebul maka semakin tinggi pula virus Gemini yang ditimbulkan. Perkembangan virus ini dipengaruhi oleh iklim baik secara langsung maupun tidak langsung. Iklim tersebut meliputi temperatur, kelembaban udara relatif dan curah hujan berpengaruh langsung terhadap siklus hidup, keperidian, lama hidup, serta kemampuan diapause serangga. Sebagai contoh, hama kutu kebul mempunyai suhu optimum 32,5 oC untuk pertumbuhan populasinya. Namun demikian, terdapat perbedaan di suatu lokasi besaran pengaruh lingkungan tersebut terhadap vektor.
Kutu kebul dapat menularkan Gemini virus secara persisten (tetap ; yaitu sekali makan pada tanaman yang mengandung virus, selamanya sampai mati dapat menularkan) . Dengan penjelasan Kutu kebul tersebut menghisap tanaman cabai yang sudah terkena virus kuning kemudian hinggap pada tanaman cabai yang masih sehat dan kemudian mengeluarkan lendir yang masih mengidap virus kuning, kemudian virus tersebut menyebar didalam tubuh tanaman yang bersamaan dengan cairan yang ada didalam tubuh tanaman tersebut. Jadi virus tersebut yang berbentuk Gen yang dapat merusak jaringan pada tanaman yang berupa kromosom atau RNA/DNA. Jadi virus kuning tersebut menghentikan kerjanya Gen kromosom / klorofil tersebut yang berupa asam amino. Sehingga tanaman tersebut dikuasai oleh Gen virus kuning (virus gemini).
Virus kuning tersebut dapat berkembang dalam waktu yang cukup lama yaitu sekitar 40-60 hari setelah tanaman ditusuk atau ditulari oleh kutu kebul. Dalam proses perkembangan virus pada tanaman yang memakan waktu cukup lama tersebut dapat langsung berkembang jika tanaman kurang sehat. Sebaliknya, apabila tanaman dalam keadaan sehat sehat maka virus kuning tersebut juga dapat terhambat perkembanganya.

2.3 Gejala Serangan Virus Gemini
Helai daun mengalami “vein clearing”, dimulai dari daun-daun pucuk, berkembang menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas (cupping). Infeksi lanjut dari virus gemini menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah.
2.4 Tanaman Inang
Virus Gemini dapat menginfeksi tanaman horti sepeti tomat dan cabe rawit, serta tanaman perkebunan seperti tembakau, dan tanaman lain yaitu gulma babadotan (Ageratum conyzoides) dan gulma bunga kancing (Gomphrena globosa).
2.5 Upaya Pencegahan terhadap Infeksi Virus Gemini
1. Melakukan upaya preventif dengan penggunaan benih tahan virus kuning, penggunaan benih yang tahan virus kuning akan meminimalisir serangan virus.
2. Menggunakan bibit tanaman yang sehat (tidak mengandung virus) atau bukan berasal dari daerah terserang.
3. Semaian bebas virus kuning yaitu dengan cara:
• Pada saat persemaian dilakukan dengan cara ditanam pada polibag satu persatu benih ditanam pada tiap polibag tidak dilakukan dengan cara disebar pada lahan persemaian.
• Pemberian rumah sungkup dengan menggunakan kain kasa agar kutu kebul yang berfungsi sebagai vector tidak dapat masuk dalam persemaian.
• Persemaian dilakukan dibelakang/tritisan rumah yang jauh dari tanaman cabai karena disekitar rumah tersebut tidak ada kutu kebul sebagai vektor.
2. Sanitasi lingkungan dilakukan sebersih dan serapi mungkin terutama pada rumput wedusan yang biasa digunaman sebagai pengganti inang virus kuning tersebut, karena kutu kebul tersebut paling senang terhadap rumput tersebut sebagai pengganti tanaman inang.
3. Pengaturan jarak tanam dengan serapi mungkin dan tidak terlalu rapat, karena kutu kebul juga takut terhadap pemangsanya ditempat yang agak terbuka. Maka jarak tanam dapat diperlebar agar tajuk tanaman tersebut tidak bertumpuk-tumpukan.
4. Meningkatkan stamina tanaman karena tanaman cabai tersebut juga melakukan perlawanan dengan virus tersebut. Maka agar tanaman cabai tersebut tetap sehat maka dapat dilakukan dengan cara:
• Pemberian pupuk organik yang lebih banyak.
• Irigasi yang yang baik.
5. Pemberian pagar pada tanaman dengan menggunakan:
• Tanaman jagung yang ditanam mengelilingi tanaman cabai
• Tanaman kenikir
6. Pemberian perangkap dengan menggunakan botol yang sudah diberi hormon perangsang.
7. Pengendalian hama terpadu dengan upaya pemanfaatan musuh alami seperti Menochilus sexmaculatus, dengan pathogen Beauveria bassiana guna mengendalikan virus kuning. Hal ini dilakukan agar biaya dapat ditekan sekaligus sebagai efektifitas pengendalian OPT.
8. Melakukan rotasi / pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan dari famili solanaceae seperti tomat, cabai, kentang, tembakau, dan famili cucurbitaceae seperti mentimun). Rotasi tanaman akan lebih berhasil apabila dilakukan paling sedikit dalam satu hamparan, tidak perorangan, dilakukan serentak tiap satu musim tanam, dan seluas mungkin.
Jika tanaman sudah terinfeksi virus gemini (virus kuning) maka satu-satunya cara yaitu dilakukan dengan cara eradikasi atau pemusnahan. Tanaman terinfeksi dicabut dan dibakar atau dibuang pada tempat yang jauh dari pemukiman tanaman cabai.
Untuk mendukung keberhasilan usaha pencegahan dan pengendalian penyakit virus kuning pada tanaman cabai, diperlukan peran aktif para petani dalam mengamati / memantau kutu kebul dan pengendaliannya mulai dari pembibitan sampai di pertanaman agar diketahui lebih dini timbulnya gejala penyakit dan penyebarannya dapat dicegah.






BAB III
STUDI KASUS (REVIEW JURNAL)

REVIEW JURNAL VIRUS GEMINI PADA CABAI
VARIASI GEJALA DAN STUDI CARA PENULARAN

Penelitian dilakukan untuk mempelajari karakter biologi virus gemini yang mencakup studi kisaran inang dan cara penularan. Studi kisaran inang virus dapat menunjukkan tanaman-tanaman yang dapat terinfeksi oleh virus dan gejala yang timbul, sedangkan studi cara penularan virus dapat menunjukkan apakah virus dapat ditularkan oleh satu atau beberapa cara penularan.

BAHAN DAN METODE
Deteksi Isolat Virus Gemini
Pengumpulan tanaman cabai yang diduga terinfeksi virus gemini dilakukan melalui kegiatan survei ke beberapa pertanaman cabai di daerah sekitar Bogor dan Cipanas, Jawa Barat. Tanaman dari lapang tersebut dipindahkan ke dalam pot-pot dan dipelihara di rumah kaca. Deteksi virus gemini dilakukan melalui tahapan ekstraksi DNA mengikuti prosedur Dellaporta et al. (1983). dan amplifikasi DNA dengan proseder Rojas et al. (1993) menggunakan primer universal virus gemini yaitu PALI V1978 danPARlC 715. Pemasangan primer universal yang digunakan akan mengamplifikasi DNA virus yang mencakup bagian dari gen selubung protein, gen replikasi dan daerah common region
Identifikasi, Pemeliharaan dan Perbanyakan B. tabaci
Identifikasi dilakukan dengan pembuatan preparat mikroskop kantung pupa kutu kebul menurut metode Martin (1987). Serangga vektor B. tabaci yang telah diidentifikasi dipelihara pada tanaman brokoli Brassicaleraceae var. itálica sehat yang berumur 4-6 minggu. Tanaman yang telah mengandung sejumlah telur serangga dipindahkan dari kurungan lama ke kurungan baru tanpa mengikutsertakan serangga dewasa yang ada. Dari telur serangga tersebut akan muncul nimfa dan imago baru yang merupakan imago bebas virus yang akan digunakan sebagai vektor dalam uji penularan.
Persiapan Tanaman Uji dan Perbanyakan Sumber Inokulum
Tanaman-tanaman uji yang digunakan meliputi: cabai besar (Capsicum annuum) var. Hot Chilli, cabai rawit (C. frutescehs) var. Cakra Putih, tomat apel (Lycopersicon esculentum) var. Roma, terung ungu panjang (Solanum melongena) dan tembakau (Nicotiana tabacum) var. White Burley. Sumber inokulum virus diperbanyak pada tanaman cabai rawit
Penyemaian benih-benih tanaman yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dalam nampan plastik berlubang yang diisi tanah steril. Benih yang telah berkecambah dan memiliki setidaknya tiga helai daun dipindahkan ke kantung plastic hitam (20 cm x 20 cm) yang berisi campuran tanah dan pupuk kandang (2:1 ) steril. Perbanyakan inokulum dilakukan dengan metode penularan secara penyambungan. Tanaman-tanaman uji dan sumber inokulum dipelihara dalam rumah kaca yang kedap serangga.
Penularan dengan Penyambungan
Penyambungan dilakukan pada saat tanaman uji berumur 4-6 minggu setelah tanam. Penyambungan dilakukan dengan membuat irisan tipis pada bagian ujung tangkai dari daun tanaman sakit (seion), yang kemudian disisipkan ke dalam sayatan yang dibuat agak serong ke dalam pada sisi batang tanaman uji (stock). Bagian sambungan kemudian dibalut parafilm. Sebagai kontrol negatif dengan cara yang sama dilakukan penyambungan menggunakan seion yang berasal dari tanaman cabai rawit sehat.
Penularan dengan iff. tabaci
Umur tanaman uji pada saat penularan dilakukan adalah 3 minggu setelah tanam. Serangga imago diberi periode makan akuisisi pada tanaman sakit selama 24 jam. Setelah itu serangga tersebut dipindahkan ke tanaman uji sebanyak sepuluh ekor serangga per tanaman untuk diberikan periode makan inokulasi selama 24 jam. Setelah melalui periode makan inokulasi serangga dimusnahkan satu per satu. Sebagai kontrol negatif serangga diberikan periode makan akuisisi pada tanaman cabai sehat sebelum diberi periode makan inokulasi pada tanaman uji.
Penularan dengan Inokulasi Mekanis
Daun muda tanaman cabai rawit yang terinfeksi virus gemini dihancurkan dalam mortar, kemudian ditambahkan larutan penyangga potasium fosfat (0,1 M pH 8) yang mengandung 0,1% ß-merkaptoetanol dengan perbandingan daun dan larutan penyangga 1:5 (b/v). Setelah melalui penyaringan dengan menggunakan kain kasa, cairan perasan tanaman sakit tersebut dioleskan pada permukaan daun tanaman uji yang telah ditaburi serbuk Carborundum (600 mesh). Umur tanaman uji pada saat inokulasi adalah 2-3 minggu setelah tanam. Sebagai kontrol negatif daun tanaman uji diolesi dengan larutan penyangga kalium fosfat.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gejala pada Tanaman cabai di Lapang
Hasil pengamatan lapangan pada beberapa lokasi di daerah Segunung, Cugenang, dan Baranangsiang menunjukkan serangan virus gemini dapat mencapai 100% terutama pada tanaman cabai besar dan cabai rawit. Gejala yang umum terlihat pada pertanaman cabai di Segunung adalah daun menjadi lebih kecil dibandingkan ukuran daun normal, warna daun menjadi kekuningan, dan tanaman mengalami pengerdilan. Tanaman cabai yang berada di daerah Baranangsiang dan Cugenang menunjukan gejala yang sedikit berbeda, yaitu berupa gejala mosaik kuning yang dimulai pada bagian pangkal daun kemudian menyebar ke seluruh luasan daun disertai terjadinya pelekukan tepi daun ke atas. Polston & Anderson (1997) menyatakan bahwa infeksi virus gemini dapat menghasilkan gejala yang sangat bervariasi tergantung pada strain virus, kultivar dan umur tanaman pada saat terinfeksi, serta kondisi lingkungan. Gejala yang berbeda antara tanaman cabai di Segunung dengan tanaman cabai di Baranangsiang dan Cugenang kemungkinan disebabkan oleh strain virus yang berbeda. Hidayat et al. (1999) melaporkan bahwa hasil pemotongan dengan menggunakan enzim restriksi terhadap DNA hasil amplifikasi dengan teknik PCR menunjukkan adanya perbedaan pola enzim restriksi antara virus asal cabai di Segunung dengan virus asal cabai di Baranangsiang dan Cugenang.
Penularan Virus
Tanaman yang diinokulasi secara mekanis dengan cairan perasan daun sakit tidak menunjukkan gejala sampai waktu 2 bulan setelah inokulasi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain afinitas virus gemini pada jaringan floem tanaman inang dan stabilitas virus yang rendah bila berada dalam cairan perasan tanaman, de Uzcaregui & Lastra (1978) melaporkan bahwa kemampuan virus bertahan di dalam cairan perasan (longevity in vitro) sangat pendek. Tomato yellow mosaic geminivirus yang menginfeksi tomat hanya dapat bertahan tidak lebih dari 15 menit dalam cairan perasan. Adanya zat penghambat pada cairan perasan tanaman yang umumnya berupa senyawa polifenol juga dilaporkan dapat mempengaruhi keberhasilan penularan dengan cairan perasan (Couch & Fritz 1990). Pengujian penularan virus gemini dengan inokulasi mekanis sering dilakukan, tetapi penularan dengan metode ini hanya dapat menularkan beberapa jenis gemini saja, misalnya bean dwarf mosaic virus (Hidayat et al. 1993) dan chlorosis striate mosaic virus (Francki & Hatta 1980).
Penularan virus gemini asal cabai ini dapat terjadi secara efektif melalui penyambungan dan serangga vektornya, B. tabaci (Tabel 1 dan 2). Keberhasilan penularan baik melalui penyambungan maupun serangga vektor bervariasi tergantung pada jenis tanaman uji. Melalui penyambungan diperoleh persen infeksi tertinggi pada tanaman cabai besar (71,4 %) dengan masa inkubasi berkisar 20-29 hari (Tabel 1). Keberhasilan penularan melalui penyambungan sangat bergantung pada kompatibilitas antara jenis tanaman yang digunakan sebagai sumber inokulum (seion) dengan jenis tanaman uji (stock). Kompatibilitas antara tanaman dalam satu spesies akan lebih besar dibandingkan dengan antar spesies yang berbeda atau jenis yang berbeda. Umumnya virus gemini dapat ditularkan melalui penyambungan dengan cara melukai atau memotong sebagian batang tanaman sehat sampai ke bagian floem batang, sehingga bagian tanaman sakit yang disisipkan pada batang tersebut dengan mudah berhubungan dengan sel-sel pada sel floem (Bock 1982; Agrios 1997). Beberapa virus gemini seperti mungbean yellow mosaic virus (Honda et al. 1983), tomato leaf curl virus (Behjatnia et al. 1996) dan sweet potato leaf curl virus (Lotrakul et al. 1998) juga dilaporkan dapat ditularkan melalui penyambungan.
Tabel 1. Hasil inokulasi virus gemini isolât Segunung dari tanaman cabai rawit ke beberapa tanaman famili Solanaceae melalui penularan dengan penyambungan
Tanaman uji Persentase infeksi Masa inkubasi (hari)
Cabai rawit var. Cakra putih
Cabai besar var. Hot Chilli
Tomat apel var. Roma
Terung ungu panjang
Tembakau var. White burley 57,1

71,4
57,1
0,0
0,0 16-30

20-29
19-32
-
-

Tabel 2. Hasil inokulasi virus gemini isolât Segunung dari tanaman cabai rawit ke beberapa tanaman famili Solanaceae melalui penularan dengan serangga vector B. tabaci
Tanaman uji Persentase infeksi
Masa inkubasi (hari)

Cabai rawit var. Cakra putih
Cabai besar var. Hot Chilli
Tomat apel var. Roma
Terung ungu panjang
Tembakau var. White burley 70,0

80,0
50,0
0,0
0,0 10-15

10-14
11-15
-
-

Penularan melalui serangga vektor dapat dengan mudah dilakukan pada tanaman uji yang relatif muda (3 minggu setelah tanam) menggunakan 10 ekor B. tabaci per tanaman. Persentase infeksi yang tertinggi, yaitu 80%, diperoleh dari tanaman cabai besar sementara pada tanaman cabai rawit dan tomat, infeksi mencapai berturut-turut 70% dan 50% (Tabel 2). Masa inkubasi yang diperlukan virus untuk menimbulkan gejala relatif lebih singkat, yaitu sekitar 10-15 hari, apabila dibandingkan masa inkubasi pada penularan dengan penyambungan. Lotrakul et al. (1998) juga melaporkan bahwa masa inkubasi virus gemini dari hasil penularan oleh B. tabaci adalah 10-16 hari, lebih cepat dibandingkan hasil penularan dengan penyambungan. Keberhasilan penularan virus gemini melalui serangga vektor sangat ditentukan oleh jumlah serangga yang digunakan untuk inokulasi pada tanaman sehat.
Menurut Trisusilowati (1989),virus kerupuk tembakau dapat ditularkan hanya dengan satu ekor kutu kebul per tanaman uji. Penularan dengan serangga yang lebih banyak, yaitu 20-50 ekor per tanaman, dapat meningkatkan jumlah tanaman yang terinfeksi dan mempersingkat masa inkubasi virus. Selain jumlah serangga, Idris & Brown (1998) dan Mehta et al. (1994) melaporkan bahwa jumlah tanaman yang terinfeksi berkorelasi positif dengan lamanya periode makan akuisisi dan periode makan inokulasi serangga.
Gejala pada Tanaman Uji
Hasil penularan virus gemini pada beberapa jenis tanaman dalam famili Solanaceae seperti yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa cabai besar, cabai rawit, dan tomat dapat menjadi inang virus gemini, tetapi tidak demikian untuk tanaman terung dan tembakau. Melalui teknik PCR berhasil dibuktikan bahwa gejala yang tampak berasosiasi dengan infeksi virus gemini, yaitu dengan teramplifikasinya fragmen DNA berukuran ~1,7 kb dari tanaman cabai besar, cabai rawit dan tomat (Gambar 1).

Gambar 1. Hasil amplifikasi DNA virus gemini dengan PCR.
Lajur 1: marker lkb; 2-tanaman sehat sebagai kontrol negatif; 3-hasil penularan pada tanaman cabai rawit; 4-hasil penularan pada tanaman tomat; 5-hasil penularan pada tanaman cabai besar; 6-hasil penularan pada tanaman terung; 7-hasil penularan pada tanaman tembakau; 8-kontrol positif (klon DNA pepper leaf curl virus Thailand)

Infeksi virus gemini pada ketiga tanaman tersebut menghasilkan gejala yang berbeda-beda. Tanaman cabai besar yang terinfeksi daunnya mengalami belang di sekitar tulang daun dengan munculnya warna kuning yang tidak merata. pada saat tanaman memasuki fase generatif warna kuning semakin meluas, daun mengecil, bunga mongering dan gugur sebelum waktunya. Gejala pada tanaman cabai rawit berupa mosaik kuning dengan permukaan daun yang tidak merata serta tepi daun melekuk ke atas. Sementara gejala pada tanaman tomat berupa pelekukan daun baik ke atas maupun ke bawah, kemudian daun akan mengecil dan kaku. Interaksi virus dengan tanaman inangnya dapat menyebabkan ekspresi gejala penyakit yang sangat bervariasi antara satu jenis tanaman dengan tanaman lainnya. Bean dwarf mosaic geminivirus (BDMV) misalnya, menyebabkan kekerdilan dan klorosis pada daun tanaman P. vulgaris yang terinfeksi tetapi menimbulkan gejala mosaik kuning pada daun Sida spp. (Morales et al. 1990). Sementara Wang et al. (1996) melaporkan bahwa tanaman Nicotiana benthamiana yang terinfeksi BDMV mengalami epinasti dan kerdil.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa virus gemini pada cabai asal Segunung tidak dapat ditularkan secara mekanis dengan cairan perasan tetapi dapat ditularkan melalui penyambungan dan serangga vektor B. tabaci ke tanaman cabai besar dan cabe rawit serta tomat, tetapi tidak berhasil ditularkan ke tanaman tembakau var. White Burley dan terung. Berdasarkan kisaran inang ini juga dapat disimpulkan bahwa virus gemini pada cabai berbeda dengan virus gemini penyebab penyakit kerupuk tembakau yang dapat menginfeksi tembakau var. White Burley (Trisusilowati 1989). Keberhasilan mendeteksi virus gemini melalui teknik PCR dengan menggunakan sepasang primer universal untuk virus gemini memberikan peluang untuk mendeteksi lebih banyak lagi virus gemini pada tanaman yang berbeda.

KESIMPULAN

Tanaman cabai di Indonesia sebagian besar terserang penyakit yang disebabkan oleh virus Gemini. Virus Gemini termasuk dalam kelompok virus tanaman dengan genom berukuran 2,6-2,8 kb yang berupa utas tunggal DNA yang melingkar dan terselubung dalam virion icosahedra kembar (geminate). Virus Gemini ditularkan hanya oleh vektor yaitu vektor kutu kebul (B. tabaci).
Gejala serangan dari virus ini yaitu helai daun mengalami “vein clearing”, dimulai dari daun-daun pucuk, berkembang menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas (cupping).
Virus Gemini dapat menginfeksi tanaman horti sepeti tomat dan cabe rawit, serta tanaman perkebunan seperti tembakau, dan tanaman lain yaitu gulma babadotan (Ageratum conyzoides) dan gulma bunga kancing (Gomphrena globosa).
Cara pencegahan dan pengendalian virus genimini antara lain:
• Melakukan upaya preventif dengan penggunaan benih tahan virus kuning,
• Menggunakan bibit tanaman yang sehat (tidak mengandung virus)
• Sanitasi lingkungan dilakukan sebersih dan serapi mungkin
• Pengaturan jarak tanam yang teratur dan tidak terlalu rapat
• Meningkatkan stamina tanaman
• Pemberian pagar pada tanaman dengan menggunakan tanaman kenikir atau jagung
• Pemberian perangkap dengan menggunakan botol yang sudah diberi hormon perangsang.
• Pengendalian hama terpadu dengan upaya pemanfaatan musuh alami
• Melakukan rotasi / pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang virus
• Tanaman terinfeksi dicabut dan dibakar atau dibuang pada tempat yang jauh dari pemukiman tanaman cabai.
Hasil penelitian membuktikan bahwa virus gemini pada cabai asal Segunung tidak dapat ditularkan secara mekanis dengan cairan perasan tetapi dapat ditularkan melalui penyambungan dan serangga vektor B. tabaci ke tanaman cabai besar dan cabe rawit serta tomat, tetapi tidak berhasil ditularkan ke tanaman tembakau var. White Burley dan terung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar