Selasa, 16 Maret 2010

PUPUK BOKASHI SAKKAM (SAPI,KAMBING,KEDELAI,AYAM)

PENDAHULUAN

Dalam dunia pertanian tanah merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Yang berarti segala macam tanaman akan menyerap dan memanfaatkan berbagai unsur yang terkandung dalam tanah dan lingkungannya guna pertumbuhan dan perkembangan sendiri agar dapat berproduksi yang produknya dapat dimanfaatkan manusia.
Dalam menambah kesuburan tanah guna meningkatkan kesuburan tanaman, manusia sering mengambil jalan pintas yakni menggunakan pupuk an organik. Alasan yang menggunakan pupuk an organik adalah karena pupuk an organik mudah terserap oleh tumbuhan dan mudah di aplikasikan sehingga akanmeningkatkan produktivitas tanaman yang dibudidayakan. Namun seiring dengan perjalanan waktu, penggunaan pupuk an organik secara terus-menerus akan berdampak buruk bagi lingkungan sekitarnya, seperti akumulasi zat kimia dalam tanaman sehingga dapat meracuni orang yang mengkonsumsi tanaman tersebut.
Adanya dampak negatif dari penggunaan pupuk anorganik menyebabkan petani sekarang mulai beralih pada pupuk organik. Pupuk organik merupakan pupuk yang bahannya berasal dari bahan organik seperti: tanaman, hewan ataupun limbah organik. Penggunaan pupuk organik membuat tanah menjadi gembur sehingga mudah terjadi sirkulasi udara dan mudah ditembus perakaran tanaman. Selain memperbaiki sifat fisik tanah pupuk organik juga memperbaiki sifat kimia tanah, yaitu dengan membantu proses pelapukan bahan mineral. Bahan organik juga memberikan makanan bagi kehidupan mikrobia dalam tanah.
Bokashi adalah salah satu cara untuk membuat pupuk organik yang mudah dilakukan. Bahan yang dapat dijadikan bokashi dapat diperoleh dengan mudah ditingkat petani seperti kotoran sapi, kotoran kambing, kotoran ayam, sissa-sisa tanaman. Bahan-bahan tersebut tentu saja sangat ramah lingkungan dan tidak akan menimbulkan residu kimia. Oleh sebab itu sudah tiba saatnya untuk memasyarakatkan pertanian yang akrab lingkungan, termasuk penggunaan bokashi sebagai substitusi secara bertahap terhadap penggunaan pupuk anorganik.

TUJUAN
 Mengetahui cara pembuatan pupuk bokashi yang efektif, efisien, dan terjangkau oleh para petani
 Mengetahui pengaruh pupuk bokashi terhadap perkecambahan tanaman

WAKTU DAN TEMPAT PEMBUATAN
a. Waktu
 Pemilihan bahan dilakukan mulai tanggal 15 Oktober 2009.
 Pengumpulan bahan dilakukan mulai tanggal 15 Oktober 2009.
 Pembuatan pupuk bokashi dilakukan pada tanggal 30 Oktober sampai dengan tanggal 27 Desember 2009.
 Uji perkecambahan dilakukan mulai tanggal 28 Desember 2009.
 Pengemasan dilakukan pada tanggal 10 Januari 2010.
b. Tempat
Tempat pemilihan bahan, pembuatan pupuk bokashi, uji perkecambahan, dan pengemasan dilakukan di Desa Penggaron, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang. Pemilihan tempat tersebut dikarenakan bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan pupuk bokashi tersedia dalam jumlah yang cukup.

BAHAN
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan pupuk bokashi antara lain:
1. Kotoran ternak sebanyak 70% (bahan utama), berupa kotoran ayam (30%), kotoran kambing (20%) dan kotoran sapi (20%).
2. sisa tanaman kedelai sebanyak 30% (bahan pembantu).
3. Abu dapur (bahan pelengkap)
4. EM-4 (Effektive mikroorganisme)
5. Tetes ternak
6. Air, untuk melarutkan EM-4 dan tetes ternak
Pemilihan bahan baku pupuk bokashi ini dengan menggunakan kotoran ternak karena di di dalam kotoran ternak tersebut mengandung lebih dari satu macam unsur hara. Sedangkan pemilihan macam kotoran ternaknya didasarkan atas hal berikut:
a. Kotoran ayam memiliki kandungan N 1,63%; P₂O5 1,54%; dan K2O 0,85%
b. Kotoran kambing memiliki kandungan N 0,95%; P₂O5 0,50%; dan K2O 0,45 %
c. Kotoran sapi memiliki kandungan N 0,40%; P₂O5 0,20%; dan K2O 0,10%
Adapun pemilihan bahan sisa tanaman kedelai karena tanaman kedelai termasuk jenis tanaman leguminoseae yang mana tanaman leguminoseae mengandung unsur N yang lebih tinggi dibandingkan tanaman non legum. Sehingga penambahan sisa tanaman kedelai bertujuan menambah kandungan unsur N dalam pupuk bokashi.
Penambahan abu dapur karena abu tersebut merupakan sisa pembakaran yang telah kehilangan unsur C,H,O, N dan S yang menguap di udara dan meninggalkan unsur kalium.
EM-4 terdiri dari 95% lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim.

METODE
a. Membuat larutan EM-4 dengan melarutkan 3 tutup botol EM-4 dan tetes ternak ke dalam air.
b. Mencampurkan bahan utama, bahan pembantu, dan bahan pelengkap sesuai dengan takaran masing-masing. Campuran bahan-bahan tersebut diaduk sampai merata
c. Menyiramkan larutan EM-4 secara perlahan secara merata ke dalam campuran bahan. Dilakukan hingga kandungan air di adonan mencapai 30 – 40 %. Tandanya, apabila campuran dikepal, air tidak keluar dan apabila kepalan dibuka, adonan tidak buyar.
d. Adonan kemudian dimasukkan ke dalam wadah besar kemudian ditutup dan diperam untuk proses fermentasi.
e. Agar suhu adonan tidak terlalu panas akibat fermentasi yang terjadi, adonan diaduk setiap hari hingga suhu dapat dipertahankan pada kisaran 45 – 50 º C.
f. Setelah semua bahan terdekomposisi secara sempurna, pupuk bokashi siap digunakan.
Pencampuran bahan-bahan secara merata akan mempermudah dalam dekomposisi, dan tidak akan ada penumpukan unsur hara tertentu dalam satu bagian pupuk sehingga semua bagian pupuk akan memiliki kandungan unsur hara yang merata. Penyiraman larutan EM-4 ke dalam campuran bahan juga harus merata agar mikroorganisme dalam larutan EM-4 bisa tersebar ke seluruh bagian pupuk yang mana akan mempercepat dekomposisi. Suhu dijaga antara 40-50º C, karena apabila melebihi dari suhu tersebut aktivitas mikroorganisme akan terganggu sehingga dekomposisi pupuk akan lebih lambat.

HASIL
Kegiatan yang telah dilakukan antara lain pemilihan bahan baku pupuk yakni kotoran ayam, kotoran kambing, kotoran sapi, dan sisa tanaman kedelai. Pemilihan bahan ini dikarenakan bahan mudah di dapat khususnya di Desa Penggaron, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang karena mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani sekaligus pemelihara hewan ternak walaupun hanya dalam skala kecil. Sedangkan pemilihan bahan kedelai, karena di tempat tersebut sedang musim panen kedelai sehingga ketersediaan bahan sisa tanaman kedelai melimpah.
Setelah semua bahan diperoleh, untuk bahan kotoran ternak dikeringkan terlebih dahulu. Lama pengeringan tergantung dari kadar cairan dalam masing-masing kotoran ternak.
Pembuatan pupuk dilaksanakan setelah semua bahan kotoran kering dan bahan-bahan lain terkumpul. Pembuatan pupuk bokashi dilakukan dengan cara mencampurkan semua bahan-bahan secara merata, setelah itu menyiramkan larutan EM-4 ke dalam campuran tersebut. Kemudian campuran dimasukkan ke dalam wadah besar tertutup untuk proses fermentasi. Selama proses fermentasi, suhu dipertahankan antara 40-50º C karena apabila melebihi dari suhu tersebut aktivitas mikroorganisme akan terganggu sehingga dekomposisi pupuk akan lebih lambat. Selama proses pemeraman pupuk bokashi ini memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan, setelah itu pupuk bokashi baru bisa dipanen. Padahal di literatur-literatur yang ada menyebutkan bahwa pupuk bokashi sudah dapat dipanen 1-2 minggu setelah pembuatannya. Lamanya proses pemeraman ini disebabkan bahan-bahan yang digunakan yaitu kotoran ayam, kotoran kambing, kotoran sapi, dan sisa kedelai masih kasar, sehingga untuk mendekomposisikannya memerlukan waktu yang lebih lama. Penggunaan bahan-bahan kasar ini terjadi karena pada saat pencampuran yang ada, bahan-bahan tersebut lupa untuk diayak.
Setelah semua bahan-bahan terdekomposisi dengan baik, walau masih ada yang sedikit kasar, pupuk dikeluarkan dari tempat pemeraman dan kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik. Pupuk yang sudah matang tersebut mengeluarkan aroma khas fermentasi dan terdapat beberapa organisme yang ada di dalamnya. Organisme tersebut berupa belatung kecil, serangga kecil dan lain sebagainya. Untuk menghilangkan organisme tersebut, pupuk bokashi dikering-udarakan dan diayak sampai jumlah organisme tersebut menjadi lebih sedikit.
Setelah pupuk bokashi matang dan telah diayak, kemudian dilakukan uji perkecambahan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas pupuk bokashi yang sudah dibuat tersebut. Pada laporan sebelumnya kami mencantumkan bahwa yang menjadi bahan uji adalah kacang hijau. Namun penggunaan bahan uji kacang hijau tidak kami lakukan dan kami menggantinya dengan jagung. Hal ini dikarenakan jagung merupakan tanaman indikator yang baik. Metode yang akan diterapkan adalah ada empat macam perlakuan, yaitu A (jagung ditanam di media tanah), B (jagung ditanam di media tanam dengan komposisi ¼ bagian pupuk bokashi dan ¾ bagian tanah), C (jagung ditanam di media tanam dengan komposisi 1/3 bagian pupuk bokashi dan 2/3 bagian tanah), yang terakhir D (jagung ditanam di media tanam dengan komposisi ½ pupuk bokashi dan ½ tanah). Parameter pengamatan yang dipakai dalam perkecambahan jagung adalah tinggi tanaman dan jumlah daun. Hasil dari uji perkecambahan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Data uji perkecambahan tanaman jagung
Hari ke- Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun
A B C D A B C D
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 1,2 0,8 0 1 1 0 0 0
3 2,6 1,5 0,2 1,8 1 1 0 1
4 5,2 3,4 0,2 3,9 1 1 0 1
5 8,5 5,8 0,4 6,1 2 1 0 2
6 13,2 7,8 2 8 3 2 0 2
7 14,4 13 3,5 14,8 3 2 1 3
8 15,2 15.2 4 18 3 3 2 3
9 16,5 18,1 4,5 20,5 4 3 2 3
10 17,3 20 4,6 22,5 4 4 2 4
11 18,4 22,2 4,8 23,9 4 4 2 4
12 20 23,9 4,8 24,7 5 4 2 4
13 21,9 24,4 4,9 25.9 5 5 2 5
14 23,8 25,5 4,9 27 5 5 2 5
Keterangan
Perlakuan A : media tanah
Perlakuan B : media tanam dengan komposisi ¼ pupuk bokashi dan ¾ tanah
Perlakuan C : media tanam dengan komposisi 1/3 pupuk bokashi dan 2/3 tanah
Perlakuan D : media tanam dengan komposisi ½ pupuk bokashi dan ½ tanah

a. Parameter tinggi tanaman
Hasil dari uji perkecambahan menunjukkan bahwa pertumbuhan awal tanaman jagung pada perlakuan A mengalami perkembangan yang pesat dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Namun setelah melewati hari ke-6, perkembangan tanaman jagung pada perlakuan A berjalan lambat.
Pertumbuhan tanaman jagung pada perlakuan B menunjukkan pada awal masa pertumbuhan berlangsung lebih lambat dibanding dengan perlakuan A, namun setelah melewati hari ke-9 pertumbuhan tanaman jagung perlakuan B berlangsung pesat, dan pada hari ke-14, tanaman jagung perlakuan B lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan A.
Tanaman jagung pada perlakuan C menunjukkan respon pertumbuhan yang paling lambat. Hingga hari ke-14, tinggi tanaman jagung pada perlakuan C hanya 4,9 cm, padahal tanaman jagung pada perlakuan lainnya memiliki tinggi yang di atas 20 cm. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh benih yang digunakan terinfeksi oleh penyakit kerdil sehingga pertumbuhannya terhambat.
Pertumbuhan tanaman jagung pada perlakuan D menunjukkan pada awal masa pertumbuhan berlangsung lebih lambat dibanding dengan perlakuan A, namun setelah melewati hari ke-7 pertumbuhan tanaman jagung perlakuan D berlangsung pesat, dan pada hari ke-14, tanaman jagung perlakuan D lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya.

b. Parameter jumlah daun
Dalam parameter jumlah daun menunjukkan bahwa kemunculan daun tanaman jagung pada perlakuan A selalu lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan respon kemunculan daun paling lambat ditemukan pada perlakuan C. Dua perlakuan lainnya yaitu B dan D menunjukkan respon kemunculan daun selaras dengan tinggi tanamannya.

Secara umum, hasil uji perkecambahan menunjukkan bahwa respon pertumbuhan tanaman jagung terhadap pemberian pupuk bokashi cukup tinggi. Hal ini dibuktikan pada tanaman jagung perlakuan D yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Penggunaan bokashi dapat menambah kandungan humus tanah, menaikkan jumlah hara tanah yang diambil oleh tanaman, dan memperbaiki sifat fisik kimia dan biologi tanah. Apabila tanah sebagai media tumbuh tanaman subur maka dapat dihasilkan tanaman yang tumbuh dengan baik dan mencapai tingkat produksi yang tinggi. Hal ini diperkuat oleh Soegiman (1982) bahwa suatu tanaman akan tumbuh dan mencapai tingkat produksi tinggi apabila unsur hara yang dibutuhkan tanaman berada dalam keadaan cukup tersedia dan berimbang di dalam tanah dan unsur N, P, K yang merupakan tiga unsur dari enam unsur hara makro yang mutlak diperlukan oleh tanaman. bila salah satu unsur tersebut kurang atau tidak tersedia dalam tanah, akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Lebih lanjut diutarakan oleh Sutedjo (1992), bahwa pertumbuhan dan perkembangan suatu jenis tanaman selain ditentukan oleh ketersediaan unsur hara yang tersedia dalam tanah, kebutuhan akan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman harus tersedia dalam keadaan berimbang dalam tanah.
Sarief (1989) menjelaskan bahwa pertumbuhan awal tanaman akan membutuhkan jumlah unsur hara yang banyak, hal ini seiring dengan pendapat Setyati (1988) bahwa dengan tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk proses pertumbuhan tanaman, proses pembelahan, proses fotosintesis, dan proses pemanjangan sel akan berlangsung cepat yang mengakibatkan beberapa organ tanaman tumbuh cepat terutama pada fase vegetatif.
Setelah dilakukan uji perkecambahan, tahapan yang terakhir adalah pengemasan pupuk dalam kantong kemasan. Pupuk yang sudah matang langsung dimasukkan ke dalam kantong kemasan 5 kg yang sudah diberi label dan dilakukan penimbangan sampai mencapai berat 5 kg. Setelah itu pupuk dikemas dengan baik dan siap untuk dipergunakan.

Keunggulan dari pupuk bokashi Sakkam antara lain:
1. Mengandung berbagai unsur hara lengkap Makro dan mikro, seperti : Nitrogen (N), Fospor (P₂O₅), Kalium (K₂O), Kalsium (Ca), Zat Besi (Fe), Seng (Zn), Molibdenum (Mo), Boron (B), Magnesium (Mg), Humus, dan lain-lain
2. Memperbaiki struktur tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah.
3. Menghemat dalam pemberian air karena bokashi mampu menyimpan air lebih baik dibandingkan tanah biasa.
4. Mengurangi kehilangan hasil tani akibat hama dan penyakit dengan melaksanakan usaha pencegahan melalui perlakuan yang baik .

Aturan pemakaian:
a. Cara penggunaan secara umum :
1. 3-4 genggam bokashi (150-200 gram) untuk setiap meter persegi tanah disebar secara merata di atas permukaan tanah. Pada tanah yang kurang subur dapat diberikan lebih.
2. Untuk mencampurkan bokashi ke dalam tanah, tanah perlu dicangkul/bajak.
3. Pada tanah sawah pemberian bokashi dilakukan sebelum pembajakan tanah.
4. Bokashi dapat memberikan hasil apabila disebar 2-3 minggu sebelum tanam. Karena bokashi itu sendiri memerlukan waktu untuk mengurai unsur hara yang dilakukan bakteri yang menguntungkan dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
b. Cara penggunaan secara khusus :
1. Bokashi baik dipakai untuk pembibitan/ menanam bibit yang masih kecil.
2. Bokashi dapat digunakan untuk campuran media tanam bagi tanaman hias.

KESIMPULAN

Bokashi adalah salah satu cara untuk membuat pupuk organik yang mudah dilakukan. Pembuatan pupuk bokashi dilakukan dengan cara mencampurkan semua bahan-bahan seperti kotoran sapi, kambing, dan ayam serta sisa tanaman kedelai secara merata, setelah itu menyiramkan larutan EM-4 ke dalam campuran tersebut. Kemudian campuran dimasukkan ke dalam wadah besar tertutup untuk proses fermentasi. Selama proses fermentasi, suhu dipertahankan antara 40-50º C karena apabila melebihi dari suhu tersebut aktivitas mikroorganisme akan terganggu sehingga dekomposisi pupuk akan lebih lambat. Setelah semua bahan terdekomposisi, pupuk bokashi dapat dipanen.
Dalam proses pembuatan pupuk bokashi sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang tidak kasar atau sudah agak halus agar proses dekomposisi berlangsung lebih cepat.
Secara umum, hasil uji perkecambahan menunjukkan bahwa respon pertumbuhan tanaman jagung terhadap pemberian pupuk bokashi cukup tinggi. Hal ini dibuktikan oleh tanaman jagung yang ditanam pada media ½ bagian bokashi dan ½ bagian tanah menunjukkan pertumbuhan yang optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar